Aku, Kamu dan Pahlawan

Aku, Kamu dan Pahlawan

Oleh : Puguh Wiyono*

 

“Siapakah yang kalian sebut Mahadewa?” tanya Siwa dihadapan ratusan prajurit wangsa Surya. “Seorang tidak menjadi mahadewa begitu terlahir dari rahim ibunya. Seorang menjadi mahadewa ketika dia bertarung demi kebajikan, Ketika dia ditempa oleh panasnya pertempuran, ketika dia terjun dimedan perang untuk menghancurkan kejahatan…dan aku bukan satu-satunya mahadewa. Setiap orang adalah mahadewa, karena semua dari kita adalah mahadewa”. Tegas Siwa

Demikian sepenggal dialog dalam novel Siwa: Kesatria Wangsa Surya nya Amish Tripathi.

Setiap tahun pada tanggal 10 Nopember bangsa Indonesia memperingati hari Pahlawan untuk mengenang semangat pantang menyerah serta pengorbanan para pahlawan yang telah gugur membela bangsa dan negara.  Dibulan Nopember ingatan kita kembali kepada pahlawan. Kemerdekaan Republik ini juga tidak terlepas dari kisah perjuangan pahlawan bangsa Indonesia. Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Jenderal Sudirman dan masih banyak lagi para pahlawan yang rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

Kerinduan akan sosok pahlawan, rasa haus akan kehadiran sosok pahlawan yang senantiasa membela kebenaran dan menumpas kejahatan selalu hadir setiap saat.

Siapakah yang disebut pahlawan?. Apakah hanya mereka yang pernah berjuang melawan penjajah?.

Kata pahlawan berasal dari bahasa sansekerta phala dan wan yang berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (phala) yang berkualitas bagi bangsa, negara dan agama. Jadi pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya membela kebenaran.

Dari definisi tersebut menjadi pahlawan bukanlah monopoli pahlawan dalam buku sejarah. Kita semua bisa menjadi pahlawan. Seperti kata Siwa didepan prajurit wangsa Surya sebelum berperang melawan wangsa Chandra.  Jika kita senantiasa berjuang untuk selalu berada pada jalur kebenaran, kitapun layak menyandang gelar pahlawan. Ketika kita mampu bekerja dengan baik dan penuh kejujuran, memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, sesungguhnya kita adalah pahlawan bagi instansi kita. Jika kita seorang suami yang senantiasa memberikan yang terbaik kepada anak isteri dirumah, kita adalah pahlawan bagi keluarga kita masing-masing.

Meskipun demikian sesungguhnya menjadi seorang pahlawan bukan perkara yang mudah. Menjadi pahlawan itu cukup berat karena senantiasa harus selalu berada pada pihak kebenaran. Dibutuhkan kejujuran dan komitmen untuk dapat mengatasi semua godaan dan bisikan untuk keluar jalur kebenaran. Senantiasa harus memberikan yang terbaik dengan mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Integritas adalah pondasi untuk menjadi pahlawan. Setiap perilaku harus selalu disandarkan pada norma dan peraturan yang berlaku sehingga perbuatan dan perkataan jauh dari kesan yang bertentangan dengan kebenaran. Menjadi pahlawan sebenarnya adalah masalah kebiasaan. Mengubah kebiasaan bukanlah hal yang sulit sepanjang ada kemauan. Yang penting adalah kontinuitas, karena mempertahan kan lebih sulit daripada mengupayakan. Mempertahankan selain dibutuhkan kemauan, kemampuan juga komitmen untuk terus dijaga.

Aku, kamu dan kita semua adalah seorang pahlawan. Selama kita berada pada pihak kebenaran dan mau  serta mampu mempertahankan jati diri kita sesungguhnya kita adalah seorang pahlawan. Seorang pahlawan tidak harus berperang melawan musuh dari luar. Kemarahan, kesombongan, rasa ingin menonjolkan diri, iri hati, dengki, dendam, benci, sakit hati, ketidakpuasan, kejengkelan, dan emosi negatif lainnya adalah musuh nyata yang hendak menguasai kita. Kalau pahlawan dalam buku Sejarah adalah seorang yang berperang melawan penjajah yang ingin menguasai bumi pertiwi, kita juga mempunyai kesempatan menjadi pahlawan dengan berperang untuk mengalahkan emosi-emosi negatif kita. Siapa diantara kita yang tidak pernah marah sepanjang hidupnya?. Siapa yang tidak pernah sakit hati, jengkel, dendam, benci, bahkan sombong?. Hampir setiap orang pernah mengalami. Ini merupakan kabar baik bahwa kita mempunyai musuh bersama yang harus dikalahkan. Ini adalah kesempatan kita untuk menjadi seorang pahlawan.

Keberanian dan pengorbanan kita untuk menghentikan kemarahan, kesombongan dan emosi negatif lainya dan berjuang untuk menggantikanya dengan kesabaran, dan rasa syukur, sungguh kita semua layak disebut sebagai seorang pahlawan. Karena setiap orang adalah pahlawan. Aku, kamu adalah pahlawan. Karena semua dari kita adalah pahlawan.

Selamat menjadi Pahlawan.

 

Penulis :

Puguh Wiyono (Penyuluh Hukum pada Kanwil Kumham Sulawesi Selatan)


Cetak   E-mail